A. Pengertian
Motif
atau dalam bahasa Inggris “motive”, berasal dari kata movere atau
motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Dalam
psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan
yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif
dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi
terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior). (Sarwono,
2013)
Di
samping istilah “motif”, dikenal pula dalam psikologi istilah “motivasi”.
Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang merujuk kepada seluruh proses
gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri
individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir
daripada tindakan atau perbuatan. (Sarwono, 2013)
Dalam
suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur dorongan atau
kebutuhan dan unsur tujuan (Handoko, 1992:10). Proses interaksi timbal balik
antara kedua unsur ini terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi
oleh hal-hal di luar diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal di luar
diri manusia. Oleh karena itu, bisa saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu
yang relatif singkat jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau
tidak mungkin terpenuhi. (Sobur, 2013)
Dalam
pandangan Dister, setiap tingkah laku manusia merupakan buah hasil dari
hubungan dinamika timal balik antara tiga faktor. Ketiga faktor yang
dimaksudkan Dister tersebut adalah: (1) sebuah gerak atau dorongan yang secara
spontan dan alamiah terjadi pada manusia; (2) ke-aku-an manusia sebagai
inti-pusat kepribadiannya; (3) situasi manusia atau lingkungan hidupnya.
(Dister, 1994:72-73 dalam Sobur, 2013)
B. Lingkaran
Motivasi
Tingkah
laku bermotivasi itu sendiri dapat dirumuskan sebagai “tingkah laku yang
dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu
tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dam suatu kehendak terpuaskan”
(Dirgagunarsa, 1996:93-94). Dalam perumusan tersebut, kita lihat beberapa unsur
pada tingkah laku yang membentuk lingkaran motivasi (motivational cycle).
1. Kebutuhan
Kebutuhan
merupakan sesuatu yang fundamental bagi kodrat manusia individual. Sebagian
kebutuhan terkandung di dalam atau bertumpang tindih dengan kebutuhan-kebutuhan
lain. Istilah “kebutuhan” juga mengimplikasikan suatu keadaan kekurangan
seperti lapar, haus atau akan hal-hal esensial seperti tempat berlindung
keamanan pribadi, serta stabilitas kognitif dan sosial. (Sobur, 2013)
2. Teori-Teori
Kebutuhan (Sobur, 2013)
a. Hierarki
Kebutuhan Maslow
-
Kebutuhan-kebutuhan
yang bersifat fisiologis (physiological needs)
-
Kebutuhan akan
rasa aman (safety needs)
-
Kebutuhan rasa
cinta dan memiliki-dimiliki (belongingness and love needs)
-
Kebutuhan
penghargaan (esteem needs)
-
Kebutuhan
aktualisasi diri (self-actualization needs)
b. Teori
ERG (Existence, Relatedness, Growth)
c. Teori
Motivasi Dua Faktor
d. Teori
Desakan Kebutuhan Murray
e. Teori
Kebutuhan untuk Berperestasi McClelland
f. Teori
Harapan Vroom
C. Klasifikasi
Motif
Para
ahli psikologi berusaha mengklasifikasikan atau menggolongkan motif yang ada
dalam diri manusia atau suatu organisme ke dalam beberapa golongan. Oleh karena
itu, hingga saat ini, terdapat berbagai cara mengklasifikasikan motif manusia. (Sobur, 2013)
1. Motif
Primer dan Motif Sekunder
Suatu
motif disebut motif primer bila dilatarbelakangi oleh proses fisio-kemis di
dalam tubuh. Dengan kata lain, motif primer ini bergantung pada keadaan organik
individu. Yang termasuk dalam golongan motif primer adalah motif lapar, haus,
seks, bernafas, dan istirahat. (Sobur, 2013)
Adapun
motif sekunder tidak bergantung pada proses fisio-kemis yang terjadi di dalam
tubuh. Berdasarkan pengertian ini, semua motif yang tidak langsung pada keadaan
organisme individu dapat digolongkan dalam motif sekunder. (Sobur, 2013)
2. Motif
Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Motif
intrinsik, yaitu motif-motif yang dapat berfungsi tanpa harus dirangsang dari
luar. Dalam diri individu sendiri, memang telah ada dorongan itu. Seseorang
melakukan sesuatu karena ia ingin melakukannya. (Sobur, 2013)
Motif
ekstrinsik ialah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Misalnya,
seseorang melakukan sesuatu karena untuk memenangkan hadiah yang khusus
ditawarkan untuk perilaku tersebut. (Sobur, 2013)
3. Motif
Tunggal dan Motif Bergabung
Berdasarkan
banyaknya motif yang bekerja di belakang tingkah laku manusia, motif dapat kita
bagi menjadi motif tunggal dan motif bergabung (Sastropoetro, 1986:240).
Handoko (1992:40) menyebut motif bergabung ini sebagai motif kompleks. (Sobur, 2013)
Motif
kegiatan-kegiatan bisa merupakan motif tunggal ataupun motif bergabung.
Misalnya, membaca surat kabar itu mungkin mempunyai motif yang umum seperti
diuraikan di atas, mungkin pula bermotif lain, misalnya membaca artikel
tertentu yang berhubungan dengan tugas mata kuliah atau pekerjaan kantor. (Sobur, 2013)
4. Motif
Mendekat dan Motif Menjauh
Suatu
motif disebut motif mendekat bila reaksi terhadap stimulus yang datang bersifat
mendekati stimulus; sedangkan motif menjauh terjadi bila respons terhadap
stimulus yang datang sifatnya menghindari stimulus atau menjauhi stimulus yang
datang. (Sobur, 2013)
Stimulus
yang menimbulkan respons mendekat disebut stimulus positif, sedangkan stimulus
yang menimbulkan respons menjauh disebut stimulus negatif. Respons mendekat
maupun menjauh bisa diperoleh dengan pengalaman maupun tanpa pengalaman. Dengan
kata lain, yang menimbulkan reaksi mendekat maupun menjauh itu dapat berupa
motif primer maupun motif sekunder. (Sobur, 2013)
Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulakan bahwa motif mendekat maupun menjauh dapat
digabung dengan motif primer maupun motif sekunder. Berdasarkan penggabungan
ini, terjadilah empat macam motif baru, yaitu motif primer mendekat, motif
primer menjauh, motif sekunder mendekat, dan motif sekunder menjauh. (Sobur, 2013)
5. Motif
Sadar dan Motif Tak Sadar
Apabila
ada seseorang yang bertingkah laku tertentu, namun orang tersebut tidak bisa
mengatakan alasannya, motif yang menggerakkan tingkah laku itu disebut motif
tidak sadar. Sebaliknya, jika seseorang bertingkah laku tertentu dan dia
mengerti alasannya berbuat demikian, motif yang melatarbelakangi tingkah laku
itu disebut motif sadar. (Sobur, 2013)
Pada
umumnya, tingkah laku manusia disadari motivasinya, tetapi taraf kesadaran
setiap tingkah laku tentu saja berbeda-beda. Ada tingkah laku yang
sungguh-sungguh disadari motivasinya, ada yang kurang begitu disadari, dan ada
pula yang hampir tidak disadari lagi motivasinya. (Sobur, 2013)
Tingkah
laku yang banyak melibatkan aktivitas berpikir, pada umumnya digerakkan oleh
motif-motif sadar, dan taraf kesadarannya pun penuh. Sebaliknya, tingkah laku
instinktif, kebiasaan-kebiasaan, adat tradisi, dan lain-lain, sering kali
kurang disadari motivasi yang ada di belakangnya. (Sobur, 2013)
6. Motif
Biogenetis, Sosiogenetis, dan Teogenetis
Motif
biogenetis merupakan motif-motif yang berasal dari kebutuhan organisme orang
demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Misalnya lapar, haus, kebutuhan
akan kegiatan dan istirahat, mengambil nafas, seks, dan buang air. (Sobur, 2013)
Motif
sosiogenetis adalah motif-motif yang dipelajari orang dan berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang itu berada dan berkembang. Motif
sosiogenetis ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan yang terdapat di antara
bermacam-macam corak kebudayaan di dunia. (Sobur, 2013)
Selain
kedua motif di atas, ada pula motif lain yang disebut teogenetis. Motif-motif
ini berasal dari interaksi antara manusia dan Tuhan, seperti yang nyata dalam
ibadahnya dan dalam kehidupannya sehari-hari saat ia berusaha merealisasi
norma-norma agama tertentu. (Sobur, 2013)
Adapun menurut Ahmadi (2009), tiap manusia tentu memiliki motif
dasar yaitu merupakan motif biologis, yang merupakan motif untuk kelangsungan
hidup manusia sebagai organisme. Tetapi di samping manusia sebagai organisme
biologis, manusia juga merupakan makhluk sosial. Karenanya manusia disamping
mempunyai motif biologis juga mempunyai motif sosiologis, yaitu merupakan motif
untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Motif ini berkembang atas dasar interaksi
individu dalam masyarakat. (Ahmadi, 2009)
Di samping itu, menurut Woodworth & Marquis motif itu dapat
dibedakan (Ahmadi, 2009);
1.
Motif
yang berhubungan dengan kebutuhan kejasmanian (organic needs), yaitu
merupakan motif yang berhubungan dengan kelangsungan hidup individu atau
organisme.
2.
Motif
darurat (emergency motives), yaitu merupakan motif untuk
tindakan-tindakan dengan segera karena keadaan sekitar menuntutnya.
3.
Motif
objektif (objective motives), yaitu merupakan motif untuk mengadakan
hubungan dengan keadaan sekitarnya, baik terhadap orang-orang atau benda-benda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2009). Psikologi
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwono, S. W. (2013). Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Sobur, A. (2013). Psikologi
Umum. Bandung: CV Pustaka Setia.
0 komentar:
Posting Komentar